Minggu, 16 Oktober 2016

“ PEMBAHASAN IPV4 BESERTA CONTOH STUDI KASUS”

Nama          : Emi Fitri Utami
NIM           : 2016 050004
Mata Kuliah     : TCP/IP Statis dan Dinamis



Kali ini penulis akan menshare mengenai apa sih IPV4 ? dan gimana contoh kasusnya ?

Internet Protocol (IP) ini sendiri didefinisikan salah satu protokol tertua dan terpenting di dalam jaringan komputer , khususnya pada Network Layer, yang berfungsi di dalam proses pengalamatan pada jaringan komputer (berupa IP Address) dan proses routing (untuk membantu di dalam memberikan rute yang ditempuh oleh paket data dari komputer pengirim ke komputer penerima). Selain IP yang merupakan protokol utama pada Network Layer, ICMP dan ARP juga merupakan bagian terpenting di Network Layer.  Pada jaringan komputer, IP umumnya selalu bekerja sama dengan protokol TCP. Pada artikel penulis  yang sebelumnya http://oslinux1.blogspot.co.id/2016/09/panduan-mengecek-tcp-dan-udp.html penulis telah menjelaskan protokol yang bekerja pada Network Layer yaitu TCP dan UDP.  TCP disini bekerja sama dengan IP dan IP ini dalam bentuk pengalamatan berupa IP Address. IP Address merupakan alamat identifikasi unik yang dimiliki oleh setiap komputer dan perangkat terhubung lainnya di dalam jaringan komputer, sebagai penanda dan alamat dari komputer atau perangkat terhubung bersangkutan.

Dilihat dari cakupan penggunaan IP Address di dalam jaringan komputer, IP Address dibedakan menjadi 2, yaitu IP Address Public dan IP Address Private. 

Dilihat dari bagaimana pengguna melakukan konfigurasi untuk memperoleh IP Address, IP Address dibagi menjadi 2, yaitu IP Address Dinamis dan IP Address Statis.

Berdasarkan jumlah daya tampung pengguna jaringan komputer yang dapat ditangani, IP dibedakan menjadi 2, yaitu IPV4 dan IPV6. 

Disini, saya hanya memfokuskan pembagian IP berdasarkan jumlah daya tampung pengguna jaringan komputer yang dapat ditangani yaitu IPV4. Untuk lebih jelasnya, berikut ini uraiannya.


A. IPV4 (IP Address versi 4)
       IPV4 (IP Address versi 4) terdiri atas 4 oktet, di mana setiap oktet mampu menangani 255 buah komputer di dalmnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk seluruh komputer dan perangkat terhubung di jaringan komputer saat ini, IPV4 hanya mampu menangani jumlah pengguna maksimal 255 x 255 x 255 x 255 = 4.228.250.625 buah komputer. Solusi yang diberikan untuk keterbatasan ini adalah dengan menggunakan NAT (Network Address Translation), yaitu sebuah cara untuk membagi, mengubah, dan memodifikasi informasi pemetaan dari sebuah IP Address di dalam Network Layer untuk dapat mencakup 2 buah atau lebih komputer di dalam jaringan lokal yang memiliki IPV4 Private di dalamnya.
Terdapat 5 kelas pada IPV4 ini,diantaranya :
  • Kelas A
    Kelas A ini digunakan untuk jaringan berskala besar, dikarenakan kelas A memiliki
    jangkauan (range) untuk pengalamatan berbasiskan Internet Protocol dalam bentuk
    IPV4 yang dimulai dari 1.0.0.0-127.255.255.255. Jumlah jangkauan tersebut mampu
    membentuk 126 buah jaringan, di mana setiap jaringan mampu menampung hingga
    16,777,214 buah computer (host) dan perangkat terhubung lainnya. Pengalamatan
    kelas A ini banyak digunakan terutama pada IP Public, misalnya oleh penyedia
    layanan akses internet dan operator telekomunikasi.
 
  • Kelas B
    Kelas B ini digunakan untuk jaringan berskala menengah ke atas, dikarenakan kelas
    B memiliki jangkaun (range) untuk pengalamatan berbasiskan Internet Protocol
    dalam bentuk IPV4 yang dimulai dari 128.0.0.0-191.255.255.255. Jumlah jangkau
    tersebut mampu membentuk 16.384 buah jaringan, dimana setipa jaringan mampu
    menampung hingga 65.534 buah computer dan perangkat terhubung lainnya.
    Pengalamat kelas B ini relative banyak digunakan pada IP Public maupun IP Private,
    terutama pada perusaahn dan perguruan tinggi yang memiliki banyak ruangan dan
    gedung di dalamnya.
 
  • Kelas C
    Kelas C ini digunakan untuk jaringan berskala kecil, dikarenakan kelas C hanaya
    memiliki jangkaun (range) untuk pengalamatan berbasiskan Internet OProtocol dalam
    bentuk IPV4 yang dimulai dari 192.0.0.0-223.255.255.255. Jumlah jangkaun tersebut
    hanya mampu membentuk 2.097.152 buah jaringan, di mana setiap jaringan tersebut
    hanya mampu menampung hingga 254 buah computer dan perangkat terhubung
    lainnya. Pengalamat kelas C ini tuidak banyak digunkana pada IP Public, namun di
    dalam pemanfaatn pada intranet (IP Private) kelas C sangat banyak digunakan seperti
    di dalam suatu kos atau rumah kontak dan gedung kecil.
 
  •          Kelas D
    Kelas D ini tidak digunakan untuk keperluan umum, layaknya kelas A, B, dan C,
    dikarenakan kelas D digunakan hanya untuk keperluan opengalamatan IP Multicast.
    Artinya IP untuk computer dan perangkat terhubung lainnya di dalam satu jaringan.
    Kelas D memiliki jangkaun (range) untuk pengalamatan berbasiskan Internet Protocol
    dalam bemtuk IPV4 yang dimulai dari 224.0.0.0-239.255.255.255.






  • Kelas E
          Kelas E ini diperuntukkan untuk keperluan riset saja. Kelas E dimulai dari jangkauan
    (range) 240.0.0.0-255.255.255.255. Kelas E tidak banyak dibahas di dalam beragam
    literature jaringan computer.
     
     



B. Contoh Studi Kasus : Subnetting IP Address (IPV4) dan Alokasi
            Sebelum mulai mengerjakan contoh studi kasus pada IPV4, penulis akan membahas sedikit mengenai subnetting. Dimana Subnetting ini merupakan proses untuk melakukan subnet pada pengalamatan jaringan komputer berbasiskan IP Address dengan menggunakan Net Mask dan Subnet Mask. Subnetting digunakan untuk memudahkan pengelola jaringan komputer, baik System Administrator, Network Administrator, maupun pengguna biasa di dalam mengelola jaringan, melakukan alokasi IP Address untuk setipa ruangan dan gedung sesuai dengan kebutuhan. Proses Subnetting ini dapat dilakukan dengan menggunakan Net Mask standar untuk setiap kelas maupun dengan membagi-baginya ke dalam unit-unit yang lebih kecil, yang disebut dengan Subnet Mask.
Subnet Mask yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting :
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30


Contoh studi kasus dan pembahasannya :
Sebuah kampus di Kota Denpasar yaitu Kampus Emerald International dengan 3 lantai. Pada lantai kedua terdapat 3 lab. Lab pertama diketahui memiliki blok alamat IP Address kelas C yang dimulai dengan alamat 192.168.1.0/26. Kampus Emerald International ini memerlukan 3 buah subblok alamat, di mana setiap sub blok menggunakan subnet yang berbeda. Perianciannya : subblok pertama dengan 8 alamat IP (untuk dosen), subblok kedua dengan 16 alamat IP (untuk mahasiswa praktikum), dan subblok ketiga dengan 16 alamat IP (untuk mahasiswa ujian).
Tuliskan range alamat IP beserta dengan subnet masing-masing. Gunakan log untuk memudahkan Anda di dalam melakukan perhitungan.
Pembahasannya :
  • Pahami terlebih dahulu mengenai log. Tanda ^ artinya pangkat.
           Contoh : 2^3 = 8     =    log^2 8 =3.

  • Di dalam jaringan jumlah Subnet Mask (bit) tidak kurang dari 32.
  • Lihat angka 26 di bagian belakang pada alamat awal di 192.168.1.0/26. Angka ini menyatakan Prefix Length atau jumlah bit yang dapat ditandai pada jaringan komputer untuk alokasi alamat berbasiskan IP Address. Ini berarti jumlah alamat IP yang bisa di alokasikan untuk perusahaan adalah 2 (32-26) = 2(6)= 64 buah alamat IP. Karena alamat awal dimulai dari 192.168.1.0, maka alamat terakhir untuk dapat mencapai jumlah IP sebanyak 256 buah adalah 192.168.1.64.
  • Urutkan dari yang besar ke kecil. Di karenakan supaya mudah dalam melakukan pengalamatannya. Yaitu dari 16 blok, 16 blok, dan 8 blok. 16 bloknya bisa di ambil dari ruang 3 ataupun 2 karena jumlah bloknya sama banyak. Berhubung setiap subbloknya dengan permintaan jumlah IP sudah genap (merupakan perpangkatan dua). Dikatakan genap bisa dilihat pada jumlah IP masing-masing subblok, yaitu 8 blok = 2^3, 16 blok = 2^4. Jadi tidak perlu lagi melakukan penggenapan.
               III = 16 = 2^4
               II = 16  = 2^4
               I = 8     = 2^3

  •  Range IP  pada subblok III dengan 16 buah subblok
          Karena alamat IP yang pertama adalah 192.168.1.0/26, maka alamat IP terakhir pada subblok ke III yaitu 192.168.1.15. 15 disini berawal dari = 16 buah blok dihitung dari 0-15, jika dihitung dari 0-15 maka bloknya berjumlah 16 buah. Kemudian 0+15=15.
Untuk menentukan subnet masknya, dilakukan dengan cara perhitungan 32 – log ^2 16 = 32-4= 28. 32 ini merupakan jumlah subnet masknya (bit). Jadi, untuk sub blok ketiga yang diminta oleh Kampus Emerald International adalah 192.168.1.0/28 – 192.168.0.15/28.

  •  Range IP  pada subblok II dengan 16 buah subblok
   Karena IP ada blok ketiga berakhir pada alamat 192.168.0.15, maka pada blok kedua ini dimulai dengan alamat IP 192.168.0.16. Seperti cara pada blok ketiga untuk mengetahui alamat IP yang terakhir (16+15 = 31), sehingga alamat IP terakhirnya = 192.168.0.31. Untuk menentukan subnet masknya, dilakukan dengan cara perhitungan 32 – log ^2 16 = 32-4= 28. 32 ini merupakan jumlah subnet masknya (bit). Jadi, untuk sub blok ketiga yang diminta oleh Kampus Emerald International adalah 192.168.1.16/28 – 192.168.0.31/28.

  •   Range IP  pada subblok I dengan 8 buah subblok
Karena IP ada blok kedua berakhir pada alamat 192.168.0.31, maka pada blok pertama ini dimulai dengan alamat IP 192.168.0.32. Seperti cara pada blok kedua untuk mengetahui alamat IP yang terakhir (32+7 = 39), sehingga alamat IP terakhirnya = 192.168.0.40. Untuk menentukan subnet masknya, dilakukan dengan cara perhitungan 32 – log ^2 8 = 32-3= 29. 32 ini merupakan jumlah subnet masknya (bit). Jadi, untuk sub blok ketiga yang diminta oleh Kampus Emerald International adalah 192.168.1.32/29 – 192.168.0.39/29.



Referensi : Pratama, IPAE. Handbook Jaringan Komputer. Informatika. Bandung. 2014.